5 Tren Fashion Dunia – Jika mengikuti perkembangan fashion dunia, tentunya Anda akan sadar bahwa tiap generasi memiliki tren masing-masing. Seiring dengan berjalannya waktu, tren fashion pun berubah mengikuti dinamisme aktivitas manusia.
Di era Victoria, para wanita akan mengenakan dress dengan ukuran besar serta korset ketat sehingga nampak anggun ketika sedang berjalan. Namun, dress tersebut tentu akan sulit apabila di gunakan di masa kini, karena mobilitas wanita yang tinggi, maka akan tidak nyaman jika menggunakan dress dengan model Victorian. Kini, tren pakaian bergeser kepada baju-baju yang lebih nyaman di gunakan dengan bahan yang tipis.
Sama halnya seperti karya seni, fashion juga merupakan ekspresi dari pembuat dan pemakainya. Kadang kala, beberapa tren fashion bahkan membutuhkan banyak pengorbanan hanya untuk membuat satu item saja. Mulai dari bahan baku yang langka, cara pembuatan yang rumit, hingga cara pemakaian yang tidak fleksibel.
1. Kerah Ruff
Kerah ruff, atau kerah millstones, adalah fashion item yang sangat populer di abad keenam belas dan ketujuh belas. Hampir semua bangsawan, wanita, dan bahkan anak-anak akan memakainya. Ada legenda bahwa kerah semacam ini muncul berkat beberapa wanita Spanyol kaya yang mengumpulkan tali di lehernya untuk menyembunyikan ketidaksempurnaannya.
Kerah ruff terbuat dari cambric linen yang kemudian di bentuk menggunakan pati. Ruff semakin populer pada tahun 1560-an ketika produksi pati mulai tersedia di Inggris. Penggunaan ruff ini sempat menjadi kontroversi etis di beberapa titik tertentu.
2. Poulaine atau Sinful Shoes
Fashionista Eropa abad keempat belas dan kelima belas menganggap sepatu dengan jari kaki yang sangat panjang sebagai puncak mode. Mereka juga di sebut “crakows” dan “poulaines.” Namun, banyak pendeta yang tidak menyetujui alas kaki seperti itu. Dalam sebuah sajak bahasa Inggris dari tahun 1388, penulisnya mengeluh bahwa pria tidak bisa berlutut saat berdoa karena sepatu yang sangat panjang. Juga, gereja menganggap sepatu seperti itu berdosa karena bentuknya yang ambigu.
Baca Juga : https://dalmadicenter.com/
3. Baju renang dari veneer kayu
Sampai tahun 1920-an, pakaian renang untuk wanita berukuran agak besar dan tidak nyaman — itu adalah gaun dan celana panjang tertutup yang terbuat dari kain padat, sebagian besar wol. Untungnya, seiring dengan emansipasi wanita, gaya baru pakaian renang muncul. Mereka menjadi lebih terbuka dan, sebagai suatu peraturan, terdiri dari tunik dan pantalon.
4. Gaun dari karung goni
Pada 1930-an, banyak wanita Amerika mulai membuat gaun dari karung goni yang di gunakan untuk mengangkut tepung, pakan ternak, dan kentang. Sebelumnya, berbagai barang di kirim dalam tong atau peti kayu, tetapi kemudian di ganti dengan karung kain karena alasan hemat.
Tak lama kemudian, para pedagang menyadari bahwa orang mulai membuat pakaian dari kain karung karena di masa sulit itu murah dan praktis. Saat itulah produsen memutuskan untuk membuat kain lebih menarik: mereka menambahkan berbagai pola dan desain, seperti gambar matahari dan bunga. Wanita bahkan datang dengan cara
khusus untuk menghilangkan logo produsen dari kain (menggunakan minyak tanah adalah salah satunya).
5. Makeup di dengkul
Pada 1920-an, gadis-gadis mengenakan riasan lutut untuk menarik perhatian khusus pada bagian tubuh yang belum pernah di ekspos di depan umum sebelumnya. Semuanya dimulai dengan perona pipi biasa untuk lutut tetapi akhirnya, tren itu berkembang menjadi seni lukis — wanita menciptakan pola yang rumit dan bahkan gambar di lutut mereka. Namun, seni ini hanya mungkin untuk dilihat sambil menari karena, dalam kehidupan sehari-hari, anak perempuan tidak mengenakan rok di atas lutut.
Tentu saja, perlu di catat bahwa tidak semua fashionista berani mengikuti tren. Itu adalah hak prerogatif gadis-gadis flapper, wanita-wanita emansipasi yang mewujudkan generasi Roaring Twenties. Mereka memiliki penampilan yang lebih sembrono, memakai gaya rambut pendek dan riasan cerah, dan mendengarkan musik terlarang, seperti jazz. Mereka bahkan mengendarai mobil.